About Me

Subscribe now!Feeds RSS

Latest posts

Other Things

Tuesday, March 29, 2005

seniman, proses berkesenian, dan sebuah ketergugahan.

0 comments

aku tidak mengerti tentang seni, aku tidak kenal banyak dengan seniman, dan aku tidak mengambil sekolah untuk belajar seni. tapi akhir-akhir ini aku tergugah oleh hal-hal seperti ini. dan juga tergugah untuk menuliskannya disini :).

suatu waktu di akhir tahun 2003, kebetulan aku nganter temen ke gedung kesenian rumentang siang di kosambi. temenku itu ada janji ketemu sama koordinator sebuah komunitas seni (sebut saja namanya mang X). temenku itu mau memastikan jadwal tampil komunitas tersebut untuk salah satu pagelaran di kampus. ketika kami masuk gedung itu, lalu nanya sama orang yang ada di situ tentang keberadan orang tersebut (waktu itu belum pernah ketemu sama mang X dan hanya janjian lewat sms) orang yang ditanya langsung menunjuk ke arah panggung dan bilang "itu yang lagi latihan, yang maen biolanya". well, karena takut mengganggu, akhirnya aku dan temenku duduk dulu di salah satu kursi penonton. keadaan gedung saat itu kosong dan agak gelap. melihat beberapa adegan dari latihan mereka bikin aku geleng-geleng kepala. gimana ngga, gerakan mereka aneh-aneh dan susah dicerna, terutama buatku yang terbiasa hidup pragmatis :). singkat cerita, latihan merekapun selesai, dan aku mendatangi panggung itu dan menyapa mereka. wow, mereka sungguh sopan sekali. padahal penampilannya kaya preman! akhirnya kami berdua ngorol dengan mang X. pesan utama sudah tersampaikan dan terjadi kesepakatan. setelah itu, pembicaraan kami agak-agak melenceng, mang X itu bercerita tentang perjalanan hidupnya dan komunitasnya. waktu itu, aku sangat-sangat tergugah, "ada juga orang yang seperti ini.." pikirku. satu kalimat yang masih terngiang di kepalaku hingga saat ini, adalah waktu dia berkata "kami tidak peduli kalau kami lapar, yang penting masih bisa berkreasi. karena hal-hal seperti inilah yang bisa menghibur dan membuat masyarakat kita tertawa di saat kondisi mereka sedang susah". pada titik inilah puncak apresiasi tertinggi kuberikan pada mereka.

begitupun ketika aku diperkenalkan ayahku pada komunitas seniman sunda. suatu hari, aku ikut ayahku (kebetulan ayahku ini aktif di beberapa lembaga dan yayasan yang bergerak di bidang seni, budaya, dan sastra sunda) ke gedung YPK di jln. braga. ada acara tahun baru islam versi seniman katanya. karena penasaran, akupun ikut. setelah menyaksikan beberapa pentas musik dan pembacaan puisi, ayahku mengajakku ke lantai atas (kantor) gedung itu dan memperkenalkanku pada beberapa orang disana. bertemu dengan mereka, aku langsung perkenalkan diriku, sambil menyalami mereka. mereka pun menyambut dengan hangat dan memperkenalkan satu persatu namanya. godi suwarna dan hawe setiawan adalah nama-nama yang masih bisa kuingat. penampilan dan sikap sederhana merekalah yang sebenarnya sangat menggugahku.

hal-hal lainnya adalah ketika mengunjungi galeri-galeri seni yang ada di bandung. sebut saja galeri sunaryo, galeri barli dan nu art. serta datang ke pertujukan teater, pembacaan puisi, dan pentas musik etnik di ged. kes. rumentang siang dan dago tea house. mengunjungi tempat-tempat seperti itu selalu membuatku tergugah.

Comments
0 comments
Do you have any suggestions? Add your comment. Please don't spam!
Subscribe to my feed

Post a Comment