About Me

Subscribe now!Feeds RSS

Latest posts

Other Things

Monday, March 24, 2014

Kisah-kisah di buku David & Goliath-nya Malcolm Gladwell

0 comments

Selain kisah David dan Goliath yang menjadi judul bukunya, Malcolm Gladwell juga menulis kisah kisah lain di buku itu yang membuka wawasan kita.

David&Goliath

Deprivative Comparation

Kasus ini membahas tentang perbandingan siswa di lingkungannya membuat siswa merasa inferior dan tidak cocok dengan bidang study yang digeluti. Studi kasus diambil dari salah seorang pengacara terkenal. Dulu dia bercita cita menjadi ahli di bidang science. Dia menjadi juara umum di sma nya di daerah. nilainya selalu A. Ketika hendak masuk kuliah, dia mempunyai dua pilihan, dia memilih Brown University sebagai pilihan pertama sebagai kampus prestisius. pilihan keduanya xx University sebagai universitas yang lebih umum. Dengan prestasinya, dia lolos di pilihan pertama. Hanya saja, ketika sudah kuliah di Brown, dia merasa sulit menguasai bidang yang dia tekuni. Dia sulit mengerti mata pelajaran. Hingga harus mengulang. dia membandingkan dengan temannya yang sama-sama masuk kuliah bareng dan sama-sama tidak mengerti kuliah tersebut awalnya, Namun mereka bisa dengan mudah mengerti hanya dengan beberapa kali belajar. Saking stressnya dengan nilai dan pemahaman tentang kuliahnya, dia merasa tidak cocok dengan bidang tersebut. akhirnya dia pindah jurusan sosial yang lebih mudah.

Kisah ini sangat familier di indonesia. Orang-orang pintar di daerahnya, masuk perguruan tinggi terbaik di indonesia. Tetapi di tahun pertama mendapatkan nilai yang kurang. Akhirnya merasa bodoh dan merasa tidak cocok dengan bidang studi yang dipilih. Padahal jaman sma dulu menjadi juara sekolah. lalu masalahnya dimana?

Ternyata masalahnya bukan di individu tersebut. tetapi karena sekolah-sekolah unggulan tersebut yang hanya menerima siswa terbaik, mengakibatkan siswa-siswanya mempunyai kecerdasan di atas rata-rata. Orang yang di sma nya juara, setelah masuk ke kampus tersebut ternyata menjadi biasa biasa saja karena teman-temannya lebih pintar.

Untuk kisah pertama tadi, seandainya dia tidak memilih Brown University dan memilih universitas pilihan kedua, maka dia akan bisa tetap bekerja di bidang pilihannya semula. Kasus ini disebut sebagai Deprivative Comparation.

Inverted U Curve

Ada dua kisah yang menggambarkan tentang Inverted U Curve. Pertama tentang pro kontra jumlah siswa di dalam kelas. Banyak yang mengeluhkan bahwa terlalu banyak siswa di kelas mengakibatkan prestasi yang kurang karena guru tidak bisa memantau semua siswa secara intensif.

Banyak kasus kelas yang dikurangi jumlah muridnya ternyata hasilnya tidak signifikan. karena apa? karena guru yang terbiasa pulang jam 7 malam. Dengan sedikitnya jumlah siswa, dia malah pulang jam 5 untuk segera berkumpul bersama keluarga. Padahal mestinya dia tetap pulang jam 7 namun dengan kualitas pekerjaan yang lebih baik karena bisa mengamati kondisi tiap siswa dengan lebih teliti.

Ada juga kasus yang muridnya menjadi sedikit sekali namun malah menjadi tidak berkembang karena kesempatan untuk interaksi di dalam kelas antar siswa menjadi sedikit. Diskusi menjadi tidak hidup.

Kisah kedua adalah tentang kemudahan mengasuh anak berdasarkan kemampuan ekonomi keluarganya. Banyak yang berpikir bahwa dengan banyaknya harta, mendidik anak menjadi lebih mudah karena orang tua bisa menyediakan berbagai fasilitas yang bisa membantu anaknya belajar.

Hal ini tidak selalu berlaku seperti itu. Karena banyak orang tua yang terjebak memanjakan anaknya karena merasa bisa memenuhi segala kemauannya. Namun juga dengan tidak ada kemampuan ekonomi yang cukup, orang tua akan menemui kesulitan untuk memenuhi kebutuhan anaknya untuk fasilitas belajarnya.

Kuncinya ternyata di Inverted U Curve. Dengan sumbu y adalah level dari sulit mendidik hingga mudah mendidik. Sedangkan sumbu x adalah tingkat kekayaan dari mulai miskin hingga super kaya. Jadi semakin meningkat kekayaan maka akan semakin mudah mendidik anak, namun pada range kekayaan tertentu, Harta tidak banyak berpengaruh pada kemudahan atau kesulitan mendidik anak, bahkan sampai pada titik semakin kayak, kurva akan turun kembali menunjukan kesulitan yang semakin tinggi untuk mendidik anak. 

Comments
0 comments
Do you have any suggestions? Add your comment. Please don't spam!
Subscribe to my feed

Post a Comment